Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tahap-tahap Pembuatan Herbarium Kering dari Tanaman

Tahap-tahap Pembuatan Herbarium Kering dari Tanaman

Glosaria.comHerbarium adalah koleksi tanaman yang biasanya telah mengalami proses dikeringkan, di-press, disimpan dalam lembaran dan disusun sesuai dengan sistem klasifikasi sebagai bahan rujukan maupun penelitian.

Pengertian Herbarium

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru, terutama jika spesimen yang diamati sulit diperoleh atau ditemukan di alam. Awetan spesimen dapat dibuat basah atau kering. Awetan basah baik pada hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%. Sementara itu, awetan kering untuk hewan dibuat dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalam kemudian bagian dalam diberi rangka untuk mempertahankan bentuk hewan.

Awetan kering tumbuhan dibuat dengan cara pengepresan bagian tumbuhan yang akan diawetkan untuk kemudian disimpan dalam herbarium. Herbarium didefinisikan sebagai koleksi tanaman yang biasanya telah dikeringkan, di-press, disimpan dalam lembaran dan disusun sesuai dengan sistem klasifikasi sebagai bahan rujukan maupun penelitian. Namun, tanaman sukulen (berdaging) tidak dibuat dalam lembar herbarium melainkan dikoleksi dalam formalin 4% atau FFA (Formalin Acetic Alcohol).

Tahap-tahap Pembuatan Herbarium

Berikut ini adalah urutan cara ketika kita akan membuat suatu herbarium. 

1. Kunjungan lapangan dan koleksi spesimen

Spesimen yang lengkap memiliki semua bagian tanaman, termasuk sistem perakaran, bunga, dan buah. Oleh karena itu, kunjungan lapangan secara reguler diperlukan untuk memperoleh informasi tentang setiap tahap pertumbuhan dan reproduksi spesies tanaman. Di lapangan, alat yang diperlukan utamanya adalah sekop (digger) untuk menggali akar, gunting dan pisau untuk memotong ranting, tongkat pengait untuk mengambil koleksi dari bagian pohon, buku catatan lapangan, kantong plastik, dan kertas (koran atau majalah).

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat koleksi spesimen antara lain:

a. Pilih spesimen yang masih segar serta hindari mengambil tanaman yang rusak karena serangan serangga. Akar, umbi, dan bagian tanaman yang terdapat di dalam tanah harus digali secara hati-hati dan tanah dibersihkan dengan hati-hati. Pastikan bahwa spesimen yang diambil juga mencakup bunga dan/atau buahnya.

b. Saat mengoleksi herba, perdu, dan pohon yang berukuran besar, beberapa tipe daun, bunga, dan buah harus dikumpulkan dari tanaman yang sama. Kumpulkan bahan yang cukup untuk memenuhi lembar herbarium standar (410 x 290 mm) dan sisakan ruang untuk label. Tanaman yang terlalu besar untuk dimuat dalam satu halaman dapat dibagi dan di-press dalam beberapa halaman.

c. Sampel kulit kayu dan kayu seringkali diambil juga sebagai tambahan saat mengoleksi tanaman berkayu.

d. Untuk menghindari kerusakan spesimen selama transportasi dan pengawetan, setidaknya setiap jenis tanaman yang akan dikoleksi diambil lima ulangan. Spesimen yang dikoleksi ditransport di dalam kotak spesimen (vasculum) untuk mencegah adanya bagian yang terbuang.

e. Tanaman berbunga jantan dan berbunga betina (tanaman diesis) harus mewakili tanaman jantan dan betina.

f. Spesimen juga diberi label yang ditalikan ke spesimen (etiket gantung). Pada etiket gantung dituliskan nomor, kode, dan tanggal pengambilan.
Contoh: tanaman A adalah tanaman yang diambil pertama kali oleh Ananda Dika pada tanggal 4 April 2021, maka etiket gantung dituliskan: 1/AD/04-04-2021. Sistem penomoran terbaik untuk nomor koleksi adalah pemberian nomor secara berturut. Setiap nomor mewakili satu koleksi dan semua duplikatnya diberi nomor yang sama. Tulis keterangan tersebut dengan menggunakan pensil. Informasi lain yang diperlukan dicatat dalam buku catatan lapangan.

g. Catatlah informasi lapangan ke dalam buku catatan lapangan. Informasi yang dicatat mencakup:

  • Nama kolektor
    Orang yang mengambil spesimen tanaman di lapangan.
  • No. koleksi
    Koleksi ke berapa untuk kolektor tersebut.
  • Tanggal
    Tanggal pengambilan spesimen
  • Wilayah
    Negara, pulau, provinsi, kabupaten.
  • Lokasi (locality)
    Lokasi pengambilan spesimen dengan keterangan lokasi 1/10-1 km dari tempat atau lokasi terkenal pada peta. Untuk keakuratan, hindari jarak lebih dari 20 km. jika tempatnya terpencil, kaitannya dengan tempat yang terkenal. Nama yang ditulis adalah nama yang tertera pada peta, bukan yang dikenal sebagai nama lokal.
  • Topografi
    Gambaran tentang habitat spesimen, mencakup landscape (bukit, gunung, gurun, pantai, dll), landform (lembah, lereng, sungai, muara, laguna, dll), dan posisi landform (pinggir sungai, lereng bagian atas, 100 m dari bibir pantai, dll).
  • Ketinggian
    Contoh: Kota Yogyakarta berada pada ketinggian sekitar 113 m di atas permukaan laut.
  • Deskripsi tanaman
    Diisi dengan ciri-ciri tanaman yang tidak terlihat pada herbarium atau akan hilang selama proses pengawetan dan penyimpanan. Contoh: habitus (pohon, perdu, herba, rumput, merambat, parasit, epifit), tinggi tanaman (untuk tanaman yang berukuran besar), tipe percabangan (untuk pohon), warna bunga, aroma khas tanaman, organisme inang (jika berupa tanaman epifit atau parasit).

Catatan Lapangan Herbarium

2. Pengepresan dan pengeringan

Spesimen harus segera di-press secepatnya setelah koleksi. Jika tidak memungkinkan, spesimen dapat disimpan di kantong plastik, dan akan lebih baik lagi jika dibungkus dalam kertas lembab (tidak basah). Kantong plastik tidak boleh dikemas secara rapat, serta harus tetap dingin dan lembab. Pastikan bahwa setiap kantong plastik diberi label lokasi.

Tempatkan setiap spesimen yang telah diberi label (label terikat pada tanaman dengan tali) dalam lipatan koran atau kertas kemudian di-press dalam plant press. Lembaran berisi tanaman ditempatkan dalam plant press untuk pengeringan. Setelah 24-48 jam, press dibuka.

Plant Press
Plant Press
 

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengeringan dan pengepresan antara lain:

a. Tata posisi spesimen yang akan dikeringkan. Spesimen diratakan di antara lipatan kertas koran dan diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian-bagian tanaman yang menumpuk. Spesimen yang berukuran besar atau tanaman roset dan rumput yang tinggi dapat dilipat dalam bentuk “V”, “N”, “M”, atau “W” saat di-press.

b. Bagian tanaman yang terlalu besar juga dapat dipotong agar muat saat di-press dan ditempel di lembar herbarium.

c. Bagian tanaman yang menggembung seperti biji buah, dikeringkan tanpa pressing. Beri label, simpan dalam kotak yang terbuat dari kaleng kemudian masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan.

d. Tanaman berduri haru ditempatkan di bawah papan dan ditekan sebelum di-press untuk mencegah durinya merobek kertas.

e. Untuk tanaman yang sama, namun bagian-bagiannya ada yang terpisah, masing-masing bagian tanaman yang terpisah tersebut harus diberi label yang jelas agar bisa di-mounting bersama-sama dalam satu lembar herbarium yang sama.

f. Susun plant press di dalam oven dengan posisi tegak lurus atau vertikal agar panas diterima oleh material dari bawah akan merata. Lakukan seleksi setiap hari untuk memisahkan tumbuhan yang sudah kering.

g. Saat dikeringkan, akan terjadi penyusutan tumbuhan sehingga tali pengikatnya harus dikencangkan setiap hari.

h. Umbi dan tanaman sukulen (berdaging) perlu direndam dalam larutan alkohol terdenaturasi (90% etanol + 10% metanol) selama 15-20 menit.

i. Tanaman air harus dibuat mengambang dalam air dan diangkat dari air menggunakan selembar kertas kaku yang diselipkan di bagian bawah tanaman. Keringkan kelebihan air dan tanaman kemudian di-press di kertas herbarium.

3. Pemasangan pada lembar herbarium (Mounting)

Spesimen yang dikeringkan kemudian dipasang dalam lembar herbarium dengan ukuran standar (41 x 29 cm). mounting dilakukan dengan penempelan spesimen menggunakan lem atau selotip.

© NYBG William and Lynda Steere Herbarium

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat mounting antara lain:

a. Material yang di-mounting terdiri atas daun (kedua permukaan), bunga (kuncup dan mekar), buah, dan bagian-bagian penting dari tumbuhan, seperti tata letak daun pada batang, tipe perbungaan, serta pelekatan pelepah daun dan lain-lain harus terlihat jelas.

b. Semua bagian spesimen harus berada di dalam satu halaman kertas herbarium. Jika lembar herbarium tidak cukup, material dapat dibagi dua dan dilekatkan pada kertas herbarium yang berbeda. Jika label agak menutupi material, material ditempatkan di bawah label tanpa melekatkan sisa kertas label pada material herbarium. Jika posisi label tidak memungkinkan ditempatkan di sudut kanan bawah, label dapat diletakkan di sudut kiri bawah atau sudut kiri atas.

c. Jika material berukuran kecil, tempatkan material pada berbagai posisi secara menyebar.

d. Atur layout untuk penempatan spesimen pada lembar herbarium, jangan sampai penempatan spesimen melebihi kertas. Perhatikan bagian mana saja yang dilipat serta arah lipatannya saat ditempelkan di lembar herbarium. Letakkan posisi tumbuhan sesuai dengan posisi alaminya, misalnya akar selalu ditempatkan di bagian bawah.

e. Material diselotip secara terpisah, misalnya hanya di sepanjang batang atau sepanjang daun sehingga tidak hanya satu potong selotip saja yang merekatkan batang dan daun. Sebaiknya tidak menempelkan selotip pada bunga dan buah.

f. Ranting yang bercabang banyak harus dipangkas untuk membuat spesimen menjadi lebih datar, dan sedemikian rupa hingga menunjukkan bagian ranting mana yang sudah dipangkas.

g. Potongan kulit kayu, buah atau biji dan material lepas lainnya disimpan dalam amplop berlabel dan dikemas bersama dengan spesimen utamanya. Amplop dapat disimpan dimana saja di sepanjang tepi lembar herbarium, tetapi tidak boleh menutupi label. Jika buah yang lepas cukup banyak atau berukuran besar, sebaiknya simpan dalam koleksi karpologi.

h. Konus beberapa tanaman Gymnospermae dan Pandanaceae perlu dibungkus dengan jala untuk mencegah bagian-bagiannya terlepas.

i. Tanaman palem-paleman memerlukan beberapa lembaran herbarium untuk memuat berbagai macam bagian daun, perbungaan, dan buahnya. Oleh karena itu, herbarium dapat dilengkapi foto pohon dan setiap bagian tanaman.

4. Pengawetan

Spesimen hasil mounting disemprot dengan fungisida. Contohnya menggunakan 2% larutan HgCl.

5. Pelabelan

Label dipasang pada bagian pojok kanan bawah lembar herbarium. Label memuat informasi tentang lokasi, ketinggian, habitat, tanggal, dan waktu koleksi, nama kolektor, nama umum, nama latin, dan lain-lain.

Label Herbarium

Koleksi spesimen kemudian dimasukkan ke dalam daftar inventarisir. Pencatatan dilakukan ke dalam field book atau collector book.

Contoh field book/collector book untuk herbarium:

Keterangan:

  • Family, genus, spesies: kedudukan taksonomi tumbuhan tersebut
  • Vernacular: nama daerah atau nama lokal spesimen tersebut yang umumnya dipakai oleh penduduk setempat.
  • Insula: nama pulau
  • Habitatio: bentuk hidup tumbuhan tersebut, yaitu semak, herba, atau pohon.
  • Annotation: catatan mengenai hal-hal atau sifat yang tidak dapat dibawa oleh tanaman tersebut, biasanya mengenai data-data ekologi dan lamanya tumbuh.

6. Penyimpanan

Spesimen tanaman yang telah dikeringkan, di-press dan diidentifikasi ditutup dengan kertas tipis (specimen covers) kemudian disimpan bersama-sama dalam kertas yang lebih tebal (genus covers), untuk disimpan di dalam lemari penyimpanan herbarium pada susunan yang mengikuti sistem klasifikasi.


Posting Komentar untuk "Tahap-tahap Pembuatan Herbarium Kering dari Tanaman"