Laporan Praktikum Sintesis Senyawa Kalkon Metode Rekristalisasi
Laporan praktikum sintesis senyawa kalkon dari asetofenon dan benzaldehid. Praktikum pembuatan sintesis senyawa kalkon bertujuan untuk mempelajari reaksi kondensasi aldol silang (Claisen-Schmidth). Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu kristalisasi pendinginan dan rekristalisasi. Berikut laporan praktikum kimia organik sintesis senyawa kalkon.
MEKANISME REAKSI ORGANIK
"SINTESIS SENYAWA KALKON"
A. Tujuan
- Mempelajari reaksi kondensasi aldol silang (Claisen-Schmidth).
B. Dasar Teori
1. Kondensasi Aldol
Kondensasi merupakan reaksi dimana dua molekul kecil bergabung untuk membentuk satu molekul besar dengan atau tanpa kehilangan suatu molekul kecil. Kondensasi aldol adalah adisi nukleofilik dari ion enolat terhadap gugus karbonil dengan produk reaksi beta-hidroksi keton atau beta-hidroksi aldehida, dimana senyawa enolat dan gugus karbonil yang diserang adalah dua senyawa yang sama.
Reaksi ini disebut kondensasi aldol
karena terjadi pada aldehida dan alkohol. Senyawa karbonil beta-hidroksi
seperti aldol mudah mengalami dehidrasi, karena ikatan rangkap dalam produk
berkonjugasi dengan gugus karbonil. Dehidrasi terjadi secara spontan ketika
dehidrasi menghasilkan ikatan rangkap yang berkonjugasi dengan suatu cincin
aromatik (Fessenden dan Fessenden, 1992).
2. Kondensasi Aldol Silang
Kondensasi aldol silang adalah kondensasi
antara aldehida atau keton dengan karbonil dari aldehida atau keton yang lain.
Reaksi ini dapat terjadi karena aldehida tanpa hidrogen alfa tidak dapat
membentuk ion enolat sehingga tidak dapat berdimerisasi selama proses
kondensasi aldol. Namun ketika aldehida dicampur dengan aldehida lain atau
keton yang memiliki H-alfa maka dapat terjadi kondensasi. Kondensasi aldol
silang sangat berguna bila hanya satu senyawa karbonil yang memiliki H-alfa.
Jika tidak maka akan diperoleh suatu produk campuran (Ismiyarti, 1998).
Reaksi kondensasi aldol silang yang menggunakan aldehida aromatis dan alkil keton atau aril keton sebagai reaktan dikenal sebagai reaksi Claisen-Schmidth. Reaksi ini melibatkan ion enolat dari senyawa keton yang bertindak sebagai nukleofil untuk menyerang karbon karbonil senyawa aldehida aromatis membentuk senyawa beta-hidroksi keton yang selanjutnya mengalami dehidrasi membentuk senyawa alfa-beta keton tak jenuh (Fessenden dan Fessenden, 1992).
2. Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan untuk membentuk kristal sehingga campuran dapat dipisahkan. Suatu gas atau cairan dapat didinginkan serta membentuk kristal karena mengalami proses kristalisasi. Kristal-kristal juga akan terbentuk dari suatu larutan yang akan dijenuhkan dengan pelarut tertentu. Semakin banyak kristal, maka semakin baik karena semakin kecil kemungkinan terkontaminasi oleh kotoran (Arsyad, 2001).
a. Kristalisasi dengan penguapan
Kelarutan suatu zat berkurang
secara bertahap seiring dengan menurunnya suhu. Kondisi lewat jenuh dapat digunakan
sebagai pelarut dengan penguapan.
b. Kristalisasi dengan pendinginan
Kelarutan suatu zat berkurang secara
drastis seiring dengan penurunan suhu. Kondisi lewat jenuh dicapai dengan
pendinginan larutan panas yang jenuh (Cahyono, 1991).
3. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah salah satu
pemurnian zat padat dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut
kemudian dikristalkan kembali. Metode ini bergantung pada kelarutan zat dalam
pelarut tertentu ketika suhu naik. Konsentrasi total biasanya lebih rendah dari
konsentrasi zat yang dimurnikan. Sehingga konsentrasi rendah tetapi produk mengendap
pada konsentrasi yang lebih tinggi (Arsyad, 2001).
Rekristalisasi adalah proses
pemurnian kristal dari pengotor-pengotornya. Campuran senyawa dimurnikan dengan
melarutkannya dalam pelarut yang sesuai pada suhu yang mendekati titik didih.
Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan pengotor atau zat lain dari
zat yang diinginkan sampai terbentuk kristal (Cahyono, 1991).
Peristiwa rekristalisasi berkaitan
dengan reaksi pengendapan. Endapan adalah zat yang terpisah dari fase padat dan
keluar ke dalam larutan. Jika larutan terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan maka akan terbentuk endapan. Kelarutan suatu endapan merupakan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada suhu,
tekanan, konsentrasi zat lain dalam larutan dan komposisi pelarut (Svehla,
1985).
4. Benzaldehid
Rumus umum untuk benzaldehid adalah C6H5-CHO. Benzaldehid dapat disintesis dari benzene. Benzene bereaksi dengan metanol klorida (Cl-CHO) menggunakan katalis AlCl3, FeCl3, atau Fe. Selain itu, pemanasan kering garam kalsium benzoat dengan kalsium metanoat dapat menghasilkan benzaldehid. Benzaldehid juga dapat diperoleh dari oksidasi parsial benzil alkohol. Benzaldehid adalah cairan seperti minyak yang tidak berwarna. Senyawa ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol atau eter. Benzaldehid umumnya digunakan sebagai pewarna (Ndra, 1984).
5. Asetofenon
Asetofenon adalah senyawa organik
dengan rumus C6H5(CO)CH3. Asetofenon merupakan
aromatik sederhana keton. Asetofenon berupa cairan tidak berwarna dan prekursor
yang berguna sebagai resin dan wewangian. Asetofenon dapat diperoleh dengan
berbagai metode. Dalam industri, asetofenon diambil sebagai produk sampingan
dari oksidasi etilbenzena. Asetofenon hampir tidak larut dalam air, larut dalam
pelarut organik dalam larutan asam sulfat. Penggunaan senyawa ini paling banyak
digunakan dalam industri parfum. Selain itu kelebihan dari asetofenon adalah
harganya yang murah dan aromanya yang digunakan dalam industri pembuatan sabun
(Julianto, 2016).
6. Kalkon
Kalkon (1,3-difenil-2-propen-1-on)
merupakan senyawa yang mengandung dua cincin aril yang terhubung dengan keton
alfa-beta tak jenuh. Kalkon adalah intermediet penting dalam sintesis organik.
Kalkon dapat disintesis melalui kondensasi aldol silang (Claisen-Schmidth)
dari aldehid dan keton aromatik dengan menggunakan katalisator berupa asam atau
basa yang diikuti oleh reaksi dehidrasi. Katalis asam yang biasa digunakan
antara lain HCl dan SOCl2 sedangkan katalis basa yang biasa
digunakan adalah NaOH (Rahayu, 2017).
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu alas datar 250 mL, tutup karet, gelas beaker 25 mL, gelas beaker 150 mL, gelas beaker 250 mL, gelas ukur 25 mL, gelas ukur 25 mL, pipet ukur 5 mL, pipet ukur 10 mL, bola hisap, pengaduk, sendok sungu, pinset, gelas arloji kecil, corong gelas, cawan petri, toples, bunsen spirtus, magnetic stirrer, alumunium foil, baskom alumunium, dan botol akuades.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH, akuades, etanol, asetofenon, benzaldehid, metanol, dan es batu.
D. Cara Kerja
Pada
praktikum ini yang dilakukan terlebih dahulu adalah NaOH ditimbang sebanyak 2,2
gram. Sebanyak 2,2 gram NaOH dalam 15 mL akuades dan 12 mL etanol dituangkan ke
dalam labu alas datar yang dilengkapi magnetic stirrer. Campuran
didinginkan dengan pecahan es, selanjutnya 0,02 mol asetofenon dituangkan ke
dalam campuran dan segera diaduk kemudian ditambahkan 0,02 mol benzaldehida.
Pengadukan dilanjutkan pada suhu kamar selama 2 jam. Jika sudah terbentuk
endapan, endapan yang diperoleh disaring menggunakan penyaring buchner
dan dilanjutkan dengan rekristalisasi dengan pelarut metanol. Jika belum
terbentuk endapan, campuran reaksi yang terjadi didinginkan sampai terbentuk
endapan. Selanjutnya kristal yang diperoleh dikeringkan, ditimbang, dan
ditentukan titik leburnya.
E. Data Hasil Pengamatan
No. |
Cara Kerja |
Pengamatan |
1. |
2,2 gram NaOH + 15 mL akuades dan 12 mL etanol |
Massa NaOH = 2,2165 gram |
2. |
Campuran didinginkam |
Agar larutan cepat terbentuk endapan |
3. |
Ditambahkan 0,02 mol asetofenon |
Massa = 2,4127 gram Warna kuning muda |
4. |
Ditambahkan 0,02 mol benzaldehid |
Massa = 2,1340 gram Tidak berwarna |
5. |
Campuran diaduk hingga terbentuk endapan |
Endapan berwarna kuning |
6. |
Endapan disaring dan dilarutkan dengan metanol |
Larutan berwarna kuning |
7. |
Larutan direkristalisasi |
Dalam suhu dingin, kristal berwarna kuning |
8. |
Kristal dikeringkan |
Massa kalkon = 0,4622 gram Rendemen = 11,1105% Titik lebur = 48,9 oC |
F. Pembahasan
Percobaan yang dilakukan berjudul Sintesis Senyawa Kalkon. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi kondensasi aldol silang (Claisen-Schmidth). Prinsip kerja pada percobaan ini adalah kondensasi aldol silang. Metode yang digunakan adalah kristalisasi pendinginan, rekristalisasi, dan uji kemurnian dengan titik lebur.
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum adalah melarutkan NaOH dalam akuades dengan ditambahkan etanol. Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut senyawa kalkun yaitu hasil senyawa yang disintesis dari asetofenon dan benzaldehida karena kalkun larut dalam pelarut alkohol (etanol) penambahan akuades berfungsi sebagai pelarut NaOH dan sebagai suasana reaksi antara benzaldehida dan asetofenon. Setelah itu campuran didinginkan dengan pecahan es. Setelah 30 detik dimasukkan asetofenon dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Kemudian setelah 3 menit dimasukkan benzaldehida dengan kondisi tetap diaduk. Pengadukan diatur dibawah suhu ruang agar terbentuk endapan dan pengadukan dilakukan selama 2 jam.
Reaksi yang terbentuk antara asetofenon dan benzaldehid adalah reaksi kondensasi aldol silang. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Pembentukan ion enolat dari asetofenon
2. Adisi nukleofilik asetofenon pada karbon karbonil senyawa benzaldehid
3. Reaksi asam basa
4. Dehidrasi spontan dari aldol beta hidroksi keton
Setelah endapan kalkun terbentuk, dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan penyaring buchner. Residu hasil penyaringan dilarutkan dengan metanol. Fungsi pelarutan menggunakan metanol adalah untuk mencuci senyawa kalkun dari pengotor-pengotornya. Setelah itu dilakukan rekristalisasi dimana pada lingkungan corong rekristalisasi merupakan lingkungan panas dan penampung cairan dalam lingkungan dingin. Hal ini bertujuan agar pembentukan kristal dapat berlangsung dengan cepat.
Kristal hasil rekristalisasi disaring menggunakan penyaring buchner kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50 oC. Setelah kristal kering didapatkan massa kalkon sebesar 0,4622 gram dengan rendemen 11,1105% dan titik leburnya 48,9 oC.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa reaksi kondensasi aldol silang dapat dilakukan dengan mereaksikan asetofenon dan benzaldehida untuk menghasilkan senyawa kalkon. Massa kalkon yang diperoleh sebesar 0,4622 gram dengan rendemen 11,1105% dan titik leburnya 48,9 oC. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
H. Daftar Pustaka
- Arsyad. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
- Cahyono. 1991. Segi Praktisi dan Metode Pemisahan Senyawa Organik. Semarang: Kimia UNDIP.
- Fessenden, R. J. dan Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
- Ismiyarto. 1998. Sintesis Senyawa Kalkon dan Flavanon menggunakan Bahan Dasar Asetofenon dan Benzaldehida. Yogyakarta: UGM.
- Julianto. 2006. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Yogyakarta: Deepublish
- Ndra, M. A. J. 1984. Belajar Mudah Kimia Organik Teori dan Soal-soal. Bandung: Pustaka.
- Rahayu, 2017. Aktivitas Farmakologi dari Senyawa Kalkon dan Derivatnya. Farmaka. 15(1), 1-14.
- Svehla. 1985. Buku Ajar Vogel: Aalisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Lampiran
Perhitungan Sintesis Senyawa Kalkon
- Massa asetofenon
= n x Mr
= 0,02 mol x 120,15 g/mol
= 2,4231 gram
- Massa benzaldehid
= n x Mr
= 0,02 mol x 106 g/mol
= 2,1220 gram
|
C6H5COCH3 |
+ |
C6H5COH |
-> |
C15H12O |
|
|
M |
0,02 |
|
0,02 |
|
- |
|
|
R |
0,02 |
|
0,02 |
|
0,02 |
|
|
S |
- |
|
- |
|
0,02 |
|
|
- Mr kalkon= 208 g/mol
- Massa teori kalkon
= mol C15H12O x Mr
= 0,02 mol x 208 g/mol
= 4,16 gram
- Massa percobaan kalkon = 0,4622 gram
- Rendemen
= (massa percobaan : massa teori) x 100%
= (0,4622 gram : 4,16 gram) x 100%
= 11,1105%
Posting Komentar untuk "Laporan Praktikum Sintesis Senyawa Kalkon Metode Rekristalisasi"