Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4+ Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Sifat koligatif larutan terdiri dari 4 macam, yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Sifat koligatif larutan elektrolit lebih tinggi dari pada sifat koligatif non elektrolit karena sifat koligatif bergantung pada jumlah partikel.

Pengertian Sifat Koligatif

Sifat koligatif larutan adalah sifat yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada macam zat terlarut tersebut.

Suatu zat terlarut ketika dilarutkan dalam suatu pelarut maka sifat larutan itu berbeda dari sifat pelarut murni. Terdapat empat sifat fisika yang berubah secara perbandingan lurus dengan banyaknya partikel zat terlarut yang terdapat tekanan uap, titik beku, titik didih, dan tekanan osmotik.  

Sejauh mana sifat suatu larutan berubah berbanding dengan sifat pelarut murni dinyatakan oleh hukum koligatif. Selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murni berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut (Chang, 2004).

Sifat koligatif larutan non elektrolit disebut dengan suatu larutan ideal yaitu larutan yang memiliki konsentrasi sangat encer, sekitar <0,2M. 

BACA : Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan

Sifat-sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan terdiri dari 4 jenis, yaitu penurunan tekanan  uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang dipengaruhi oleh banyaknya jumlah partikel zat terlarut. 

Berikut ini merupakan 4 macam sifat koligatif larutan:

1. Penurunan Tekanan Uap

Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (non volatil) artinya tidak memiliki tekanan uap yang dapat diukur, tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Sehingga han tekananan tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. P1 adalah tekanan uap murni.

P1 = x1 . P1o

Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut x1 = 1 - x2, dimana x2 adalah fraksi mol zat terlarut. Dapat disimpulkan:

P1 = (1 - x2) P1o

P1o - P1 = ΔP = x2 . P1o

Penurunan tekanan uap berbanding lurus terhadap konsentrasi (diukur dalam fraksi mol) zat terlarut yang ada.

Contoh penerapan sifat koligatif penurunan tekanan uap pada kehidupan sehari-hari adalah pada pembuatan kolam apung, selain itu kadar garam tinggi pada laut mati juga merupakan salah satu contoh yang ada di alam.

2. Kenaikan Titik Didih

Keberadaan zat terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap larutan sehingga titik didih larutan juga terpengaruh. Titik didih larutan merupakan suhu saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan suhu pada saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer luar. Kenaikan titik didih didefinisikan:

ΔTd = Td - Td­o

Dimana Td adalah titik didih larutan dan Td­o adalah titik didih pelarut murni. Kenaikan titik didih berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap sehingga berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.

3. Penurunan Titik Beku

Larutan memiliki titik beku rendah dibandingkan pelarut. Hal tersebut disebabkan pembekuan melibatkan transisi dari keadaan tidak teratur ke keadaan teratur. Agar proses itu terjadi energi harus diambil dari sistem karena larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut, maka lebih banyak energi yang diambil untuk menciptakan keteraturan dibandingkan pelarut murni. Penurunan titik beku didefinisikan sebagai:

ΔTb = Tb - Tbo

Dimana Tb adalah titik beku larutan dan Tb­o adalah titik beku pelarut murni. Kenaikan titik beku berbanding lurus dengan berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.

Contoh penerapan sifat koligatif penurunan titik beku pada kehidupan sehari-hari adalah pada proses pencairan salju pada jalan dengan menaburkan garam,  pendingin radiator mobil, dan pada proses pembuatan es potong tradisional dengan menambahkan garam pada es batu atau air es.

4. Tekanan Osmotik

Gerakan bersih molekul pelarut melewati membran semi permeabel dari pelarut murni atau dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat disebut osmosis. Tekanan osmotik dalam suatu larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis. Tekanan osmosis dapat dinyatakan sebagai:

π = M . R. T

Dimana M adalah molaritas larutan, R adalah konstanta gas (0,082 L/atm K.mol) dan T adalah suhu mutlak. Tekanan osmotik dinyatakan bahwa dalam atmosfir, karena pengukurannya dilakukan pada suhu tetap. Seperti halnya sifat lain, tekanan osmotik juga berbanding lurus dengan konsentrasi larutan (Chang, 2004).

Pada kenyataannya, sifat koligatif larutan elektrolit biasanya bernilai lebih kecil dari yang diperhitungkan karena pada konsentrasi yang lebih tinggi, gaya elektrostatik berpengaruh sehingga kation dan anion saling tarik menarik. Pembentukan satu pasangan ion menurunkan jumlah partikel dalam larutan sebanyak satu, mengakibatkan berkurangnya sifat koligatif (Chang, 2004).

Contoh penerapan sifat koligatif tekanan osmosis pada kehidupan sehari-hari adalah pada mesin pencuci darah,  dan penyerapan air oleh akar tanaman.


Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Pada sifat koligatif elektrolit, diperlukan pendekatan yang berbeda dengan non elektrolit. Hal ini karena pada elektrolit, suatu senyawa terurai menjadi ion-ion dalam larutan, artinya satu senyawa elektrolit terpisah menjadi beberapa partikel jika dilarutkan, sedangkan sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut. Untuk menjelaskan sifat koligatif elektrolit digunakan persamaan van't hoff dimana faktor van't hoff menunjukkan banyaknya penguraian elektrolit dalam larutan. 

Sifat koligatif larutan elektrolit biasanya lebih kecil karena pada konsentrasi yang tinggi, kation dan anion saling tarik-menarik karena pengaruh gaya elektrostatik. Pembentukan satu pasangan ion akan menurunkan jumlah partikel sebanyak satu dalam larutan, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya sifat koligatif (Chang, 2004).


Perbedaan Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Pada larutan elektrolit senyawa akan ter disosiasi menjadi ion-ion. Penguraian senyawa menjadi ion-ion tersebut akan mengakibatkan senyawa terpisah menjadi beberapa partikel jika dilarutkan. Artinya, satu satuan senyawa elektrolit akan terurai menjadi dua atau lebih partikel jika dilarutkan. Hal inilah yang menyebabkan kenapa sifat koligatif larutan elektrolit lebih tinggi daripada sifat koligatif non elektrolit karena sifat koligatif bergantung pada jumlah partikel. Contoh, 0,1m larutan NaCl akan terurai menjadi ion Na dan Cl sehingga sifat koligatif 0,1 m NaCl (elektrolit) akan lebih besar dari 0,1 m larutan non elektrolit. 


Contoh Penerapan Sifat Koligatif Larutan

Berikut ini beberapa contoh penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari hari:

  • Tekanan osmotik: contohnya desalinasi air laut menjadi air tanah, mesin cuci darah, garam dapur untuk membasmi lintah, penyerapan air oleh akar tanaman,
  • Penurunan titik beku: contohnya pada penambahan etilena glikol pada pendingin radiator mobil yang bertujuan agar air pendingin radiator tidak membeku biasanya di daerah musim dingin, cairan pendingin pada pembuatan es krim dengan penambahan garam ke dalam air es/es batu, pencairan salju dijalanan dengan menebar garam NaCl atau CaCl2.
  • Penurunan tekanan uap: contohnya air berkadar garam tinggi pada laut mati, kolam apung.
  • Penyulingan minyak bumi dari komponen-komponennya.

Rangkuman

  • Pernyataan yang benar tentang sifat koligatif larutan : sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada macam zat terlarut tersebut.


Referensi

  • Brady, J. E. 1992. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
  • Chang, R. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
  • Keenan, W. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 


Posting Komentar untuk "4+ Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit"