Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Laporan Praktikum Penentuan Amonia dalam Air

Laporan Praktikum Penentuan Amonia dalam Air

Glosaria.com - Percobaan Penentuan Amonia dalam Air bertujuan untuk menentukan kandungan amonia dalam air secara spektrofotometri sinar tampak. Prinsip kerja yang digunakan pada percobaan ini adalah penentuan kandungan amonia dengan metode spektrofotometri sinar tampak oleh suatu larutan berwarna yang dihasilkan dari reaksi antara amonia dengan fenol menghasilkan produk senyawa indofenol yang berwarna biru yang dapat menyerap sinar tampak.

PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN
“PENENTUAN AMONIA DALAM AIR”

A. Tujuan

Menentukan kandungan amonia dalam air secara spektrofotometer sinar tampak.

B. Dasar Teori

1. Spektrofotometri

Metode yang digunakan pada spektrofotometer yaitu pengukuran besarnya penyerapan sinar pada panjang gelombang tertentu. Penyerapan sinar terjadi apabila elektron mendapatkan energi yang cukup untuk berpindah dari keadaan ground state menuju ke keadaan tereksitasi akibat adanya pancaran radiasi dari sumber sinar dengan panjang gelombang tertentu (Day dan Underwood, 1999).

Metode pengukuran spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan. Analisis spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan yaitu daerah ultraviolet (200-380 nm), daerah visible (380-700 nm), dan daerah inframerah (700-3000 nm) (Khopkar, 1990).

2. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis Spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer, spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektron yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif (Mulja dan Suharman, 1995).

Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah adanya transisi elektron suatu molekul yang disebabkan peristiwa absorbsi energi berupa radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai oleh molekul tersebut (Rohman, 2007).

Absorbsi radiasi oleh sampel diukur oleh detektor pada berbagai panjang gelombang dan diinformasikan ke perekam untuk menghasilkan spektrum. Spektrum ini akan memberikan informasi penting untuk identifikasi adanya gugus kromofor (Hendayana, 2006).

Penerapan spektrofotometer UV-Vis kebanyakan diterapkan pada senyawa organik yang didasarkan pada transisi n-π* ataupun π-π* dan karenanya memerlukan kehadiran gugus kromofor dalam molekul tersebut. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200-700 nm) yang praktis digunakan dalam eksperimen (Day dan Underwood, 1999).

Terdapat empat bagian utama dari instrumen spektrofotometer, yaitu sumber sinar, monokromator, kuvet, dan detektor. Cahaya putih dari sumber sinar akan dilewatkan melalui monokromator sehingga sinar mempunyai panjang gelombang tertentu. Radiasi yang keluar akan difokuskan pada detektor yang mengubah radiasi menjadi sinyal-sinyal listrik (Cazes, 2005). Bagian-bagian dari instrumen spektrofotometer sebagai berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi atau lampu pada kenyataannya merupakan dua lampu yang terpisah secara bersama-sama mampu menjangkau keseluruhan daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak. Persyaratan sumber yang digunakan dalam spektrofotometri adalah intensitas emisi yang cukup tinggi di wilayah spektral tertentu (Skoog dkk. 2007).

Lampu tungsten merupakan campuran dari filamen tungsten dan gas iodin (halogen) oleh sebab itu disebut sebagai sumber radiasi “tungsten-iodine” digunakan pada daerah pengukuran 350-2000 nm, karena pada daerah tersebut sumber radiasi “tungsten-iodine” memberikan energi radiasi sebagai garis lengkung sehingga cocok untuk kalorimetri (Mulja dan Suharman, 1995).

b. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator terdiri dari filter optik, prisma, dan kisi difraksi. Filter optik berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya tampak yang diteruskan merupakan cahaya yang berwarna sesuai dengan filter optik yang digunakan. Filter optik yang baik adalah berdasar interferensi cahaya-cahaya yang saling menguatkan atau interferensi cahaya-cahaya yang saling meniadakan (Mulja dan Suharman, 1995).

Prisma merupakan suatu lempeng kuarsa yang membiaskan sinar yang melaluinya. Banyaknya pembiasan tergantung dengan panjang gelombang sinar. Sinar putih dapat terpecah ke dalam warna penyusunnya (Gandjar dan Rohman, 2012).

Kisi difraksi merupakan kepingan kecil gelas bercermin yang di dalamnya terdapat sejumlah garis yang terpotong-potong untuk memberikan struktur yang nampak seperti sisir kecil (Gandjar dan Rohman, 2012).

c. Kuvet

Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet terdapat dua macam yaitu kuvet leburan silika dan kuvet dari gelas. Kuvet leburan silika dapat dipakai pada daerah pengukuran 190-1100 nm. Kuvet dari gelas dipakai pada daerah pengukuran 380-1100 nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV (Mulja dan Suharman, 1995).

d. Detektor

Detektor berfungsi mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik. Beberapa macam detektor yaitu detektor fotosel, detektor tabung foton hampa, detektor tabung penggandaan foton, dan detektor PDA (Photo Diode Array) (Mulja dan Suharman, 1995).

3. Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, ultraviolet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

A = -log T = log I0 / It

A = ε . b. c

Keterangan:
A = absorban/serapan
T = transmitan
Io = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi yang diteruskan
ε = absorbansi molar (M/cm)
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi (M)

Hukum Lambert-Beer juga berlaku untuk campuran beberapa zat yang menunjukkan tidak adanya interaksi.

Atotal = A1 + A2 + A3 + …

4. Metode Indofenol

Metode standar untuk menentukan amonia dalam air yaitu dengan reaksi klasik indofenol-blue. Dalam larutan alkalin pH 10,8-11,4 amonia bereaksi secara kuantitatif dengan hipoklorida membentuk monokloroamin. Hasil senyawa bereaksi dengan fenol dalam katalis ion nitroprosida dan adanya sisa jumlah hipoklorida membentuk indofenol blue. Besarnya indofenol yang terbentuk diukur secara spektrofotometri pada 630 nm (Karlberg, 1984).

Pembentukan amonia didasarkan reaksi dengan fenol dan hipoklorida, dimana sebuah warna biru senyawa hipoklorit terbentuk keseluruhan reaksinya sebagai berikut:

 

Reaksi ini tergantung pada kondisi cahaya. Metode ini sangat sensitif dan dapat diterapkan untuk berbagai jenis sampel. Namun berbahaya terkait dengan penggunaan fenol menyebabkan keracunan, mudah menguap, dan pembentukan senyawa yang berbau sangat tidak enak ketika bereaksi (Robert, 2008).

5. Larutan Baku

Larutan baku atau larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Berdasarkan kemurniannya, larutan baku dibedakan menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah senyawa dengan kemurnian tinggi berfungsi untuk membakukan atau memastikan konsentrasi larutan tertentu yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti. Contohnya yaitu Na2CO3, Na2C2O4, 2H2O, K2Cr2O7.

Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang kemurniannya rendah. Konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan membakukan larutan tersebut dengan larutan standar primer. Contohnya yaitu NaOH, KMnO4, Na2S2O3 (Day dan Underwood, 1999).

6. Larutan Blanko

Larutan yang akan digunakan dalam penggunaan spektrofotometer adalah larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak mengandung analit untuk dianalisis (Basset, 1994). Larutan blanko digunakan sebagai kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100% transmitan.

Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman maupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva standar bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui. Terdapat dua metode untuk membuat kurva standar yakni dengan metode grafik dan metode least square (Day dan Underwood, 1999).

7. Amonia

Amonia merupakan gas tajam yang tidak berwarna dengan titik didih 33,5oC. Cairannya mempunyai panas penguapan sebesar 1,37 kJ/g pada titik didihnya. Secara fisik cairan NH3 mirip dengan air dalam perilaku fisiknya dimana bergabung sangat kuat melalui ikatan hidrogen (Cotton, 1989).

Amonia dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang masuk dalam tubuh melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada manusia, resiko terbesar adalah dari penghirupan uap amonia yang berakibat iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Jika terlarut di perairan akan meningkatkan konsentrasi amonia yang menyebabkan hampir bagi semua organisme perairan (Murti dkk. 2014).

8. Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan panjang gelombang. Kurva ini dapat menentukan panjang gelombang maksimum terlihat dari bentuk kurvanya pada bagian atas. Pengukuran kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi yang dihasilkan dari metode iodometri dan panjang gelombang maksimumnya, sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang linier (Gandjar dan Rohman, 2008).

C. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer 50 mL, gelas beaker 150 mL, gelas beaker 250 mL, gelas ukur 50 mL, labu ukur 50 mL, labu ukur 100 mL, labu ukur 250 mL, pipet ukur 5 mL, pipet ukur 10 mL, pipet volume 5 mL, pipet volume 25 mL, bola hisap, kuvet spektronik, rak pengaduk, sendok sungu, corong gelas kecil, gelas arloji kecil, gelas arloji besar, magnetic stirrer, aluminium foil, label, spektronik 20D, dan botol akuades.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah etanol 95%, fenol, larutan natrium nitroprusside, natrium sitrat, NaOH, larutan NaOCl 1,5 N, larutan NH4Cl, akuades, dan sampel air sungai.

D. Cara Kerja

Percobaan ini dilakukan dalam lima tahapan cara kerja. Tahap pertama adalah pembuatan pereaksi. Pembuatan pereaksi dimulai dengan alkali yang dibuat dari 20 gram natrium sitrat dan dilarutkan dalam 100 mL air suling bersamaan dengan 1 gram NaOH. Selanjutnya pembuatan larutan oksidator dengan cara 100 mL larutan pereaksi alkali dicampurkan dengan 50 mL hipoklorida. Langkah selanjutnya adalah larutan standar dibuat dengan 2,5 mL larutan stok ammonium yang dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL dan diencerkan dengan air sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 200 mmol/L.

Tahap kedua adalah pembentukan larutan blanko. Langkah kerja yang pertama yaitu dengan cara memasukkan larutan fenol sebanyak 3 mL ke dalam labu ukur 50 mL dan dikocok sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan 2 mL natrium nitroprosida dan 5 mL larutan oksidator diaduk sampai homogen dan diencerkan dengan air sampai tanda batas. Bagian atas labu ukur ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan dalam suhu kamar kurang lebih satu jam untuk memaksimalkan pembentukan warna. Absorbansi larutan tersebut diamati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550-720 nm.

Tahap yang ketiga adalah penentuan panjang gelombang maksimum larutan indofenol. Langkah pertama yang dilakukan yaitu larutan standar 200 mmol/L diambil sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam 50 mL labu ukur kemudian ditambahkan 3 mL larutan fenol dan dikocok sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan 2 mL larutan natrium nitroprusside dan 5 mL larutan oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan dengan air sampai tanda batas. Bagian atas labu ditutup dan dibiarkan dalam suhu kamar kira-kira 1 jam untuk memaksimalkan pembentukan warna. Absorbansi larutan tersebut diamati dengan spektrofotometer pada daerah panjang gelombang 550-720 nm. Kemudian dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang maksimum dengan absorbansi.

Tahap yang keempat adalah pembuatan kurva kalibrasi. Larutan standar 200 mmol/L dipipet berturut-turut sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8; 10 mL dimasukkan masing-masing dalam labu ukur 50 mL, kemudian masing-masing ditambahkan 3 mL larutan fenol dan dikocok sampai homogen kemudian ke dalam tiap-tiap labu ukur ditambahkan 2 mL natrium nitroprusside dan 3 mL larutan oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan tiap-tiap larutan dengan konsentrasi amonia berturut-turut 0; 4; 8; 16; 24; 32; 40 mmol/L. Labu ukur ditutup dan larutan dibiarkan dalam suhu kamar selama 1 jam. Absorbansi tiap-tiao larutan diamati dengan spektrofotometer dan dibuat grafik antara konsentrasi amonia larutan dengan absorbansi.

Tahap yang kelima adalah penentuan kandungan amonia dalam sampel. Langkah pertama yang dilakukan yaitu 25 mL larutan air sungai dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. diperlukan seperti prosedur ketiga dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer. Konsentrasi ditentukan dalam tiap-tiap sampel air sungai dengan menggunakan persamaan linier yang diperoleh pada langkah ketiga. Ditentukan konsentrasi rata-rata dan simpangannya dan tiga pengukuran konsentrasi larutan tersebut.

E. Data Hasil Pengamatan

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks)

No.

Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi

1.

550

0,248

2.

560

0,282

3.

570

0,302

4.

580

0,277

5.

590

0,197

2. Kurva Kalibrasi (λ maks = 570 nm)

No.

Konsentrasi Larutan (mmol/L)

Absorbansi

1.

0

0,028

2.

4

0,053

3.

8

0,124

4.

16

0,233

5.

24

0,413

6.

32

0,553

7.

40

0,718

8.

Sampel air sungai

0,202

3. Pembuatan Pereaksi

No.

Cara Kerja

Pengamatan

1.

Pereaksi alkali 20 gram natrium sitrat + 1 gram NaOH dalam 100 mL air suling

Massa natrium sitrat = 20,0144 gram

Massa NaOH = 1,0883 gram

 

2.

Larutan oksidator 100 mL pereaksi alkali + 50 mL hipoklorida

Pereaksi alkali = tidak berwarna

Larutan hipoklorida = merah muda pudar

3.

Larutan standar 2,5 mL larutan stok amonia + air dan konsentrasi 200 mmol/L

Larutan oksidator = biru kehijauan

Larutan standar = tidak berwarna

4. Pembuatan Larutan Blanko

No.

Cara Kerja

Pengamatan

1.

3 mL larutan fenol dikocok

Larutan tidak berwarna

2.

Ditambahkan 2 mL natrium nitroprussida + 5 mL larutan standar

Larutan natrium nitroprusside berwarna orange kecoklatan

3.

Diencerkan dengan akuades

Larutan blanko berwarna hijau pudar

4.

Ditutup dan dibiarkan 1 jam

 

5.

Diamati absorbansinya

 

5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Indofenol

No.

Cara Kerja

Pengamatan

1.

5 mL larutan standar + 3 mL fenol

Larutan tidak berwarna

2.

Ditambahkan 2 mL natrium nitroprussida

Larutan tidak berwarna

3.

Ditambahkan 5 mL oksidator

Berwarna hijau setelah dikocok berubah menjadi biru tua

4.

Labu takar ditutup selama 1 jam

 

5.

Diamati absorbansinya

 

6. Pembuatan Kurva Kalibrasi

No.

Cara Kerja

Pengamatan

1.

Dipipet 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL larutan standar 200 mmol/L

Larutan I: kuning menjadi kehijauan pudar

Larutan II: kuning pucat, dikocok menjadi kehijauan pudar

Larutan III: biru, diencerkan menjadi biru muda pudar

Larutan IV: biru menjadi biru muda

Larutan V: hijau menjadi biru muda

Larutan VI: biru menjadi biru tua

Larutan VII: biru

2.

Ditambahkan 3 mL fenol

3.

Ditambahkan 2 mL natrium nitroprussida

4.

Diperoleh konsentrasi amonia 0, 4, 8, 16, 24, 32, 40 mmol/L

5.

Ditutup labu ukur selama 1 jam

6.

Diamati absorbansinya

7. Penentuan Kandungan Amonia dalam Sampel

No.

Cara Kerja

Pengamatan

1.

Dipipet 25 mL larutan sampel air sungai

Larutan tidak berwarna

2.

Prosedur 3

 

3.

Diukur absorbansi

Ditambah oksidator, larutan berwarna

4.

Ditentukan konsentrasi

Biru muda

F. Pembahasan

Percobaan yang dilakukan berjudul Penentuan Amonia dalam Air bertujuan untuk menentukan kandungan amonia dalam air secara spektrofotometri sinar tampak. Prinsip kerja yang digunakan pada percobaan ini adalah penentuan kandungan amonia dengan metode spektrofotometri sinar tampak oleh suatu larutan berwarna yang dihasilkan dari reaksi antara amonia dengan fenol menghasilkan produk senyawa indofenol yang berwarna biru yang dapat menyerap sinar tampak. Pembuatan senyawa tersebut berdasarkan metode indofenol. Metode indofenol didasarkan pada reaksi antara amonia yang berada dalam sampel dengan hipoklorida dan fenol.

Metode spektrofotometri adalah metode analisis berdasarkan pada pengukuran sinar monokromatis dengan larutan berwarna dan berdasarkan panjang gelombang tertentu. Metode spektrofotometri dipilih karena metode indofenol akan membentuk senyawa kompleks infofenol-blue yang mengandung kromofor (zat warna).

Instrumen yang digunakan pada percobaan ini yaitu spektronik 20D. Spektronik 20D adalah spektrofotometri sinar tampak (visible) yang dalam penyusunannya menggunakan satu berkas tunggal. Spektrofotometer ini memiliki susunan sederhana yang hanya terdiri atas sumber sinar, monokromator, kisi difraksi, dan sumber pembacaannya. Sistem pembacaan yang digunakan yaitu sistem pembacaan secara langsung. Prinsip spektronik 20D umumnya sama dengan spektrofotometri sinar tampak. Hal yang membedakan keduanya yaitu ketika radiasi elektromagnetik tersebut dilewatkan pada suatu sampel berupa media yang homogen, maka sebagian radiasi tersebut ada yang dipantulkan, diabsorpsi, atau diserap dan ada pula yang diteruskan atau yang ditransmisikan (Day dan Underwood, 1999).

Percobaan diawali dengan pembuatan pereaksi. Pereaksi digunakan untuk mereaksikan larutan atau sampel. Pereaksi yang dibuat yaitu pereaksi alkali, larutan oksidator, dan larutan standar. Pereaksi alkali dibuat dengan mencampurkan NaOH dengan natrium sitrat ke dalam air suling. Larutan ini berfungsi sebagai campuran yang berada dalam suasana basa. Pereaksi yang kedua yaitu larutan oksidator yang dibuat dengan mencampurkan pereaksi alkali dengan larutan hipoklorida. Larutan ini berfungsi untuk mengoksidasi amonia menjadi suatu amina klorida (monokloroamin). Pereaksi yang ketiga yaitu larutan standar dengan mereaksikan stok ammonium dan air sehingga diperoleh konsentrasi 200 mmol/L. Larutan standar berfungsi sebagai pembanding penentuan kandungan amonia dalam sampel dan penentuan panjang gelombang indofenol serta penentuan kurva kalibrasi.

Langkah kedua adalah pembuatan larutan blanko. Larutan blanko dibuat dengan mereaksikan fenol, natrium nitroprussida dan larutan oksidator. Campuran tersebut kemudian diencerkan, ditutup, dan dibiarkan dalam suhu kamar selama 1 jam. Perlakuan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan warna. Larutan blanko digunakan untuk menetralkan atau menstabilkan spektrofotometer sehingga absorbansi yang diperoleh lebih maksimal. Larutan blanko yang dihasilkan berwarna kehijauan pudar.

Langkah ketiga adalah penentuan panjang gelombang maksimum larutan indofenol. Larutan standar ditambahkan dengan larutan fenol, natrium nitroprussida sebagai katalis, larutan standar, dan larutan oksidator, pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan karena panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang dimana absorbansi yang dialami oleh suatu zat terjadi yang paling besar. Hal ini terjadi karena panjang gelombang tersebut cahaya-cahaya yang diserap oleh larutan telah optimum, sehingga memberikan absorbansi yang maksimum. Sinar visible yang diserap merupakan warna komplementer dari warna larutan yang dianalisis. Sehingga pada panjang gelombang maksimum inilah yang merupakan kondisi paling sesuai untuk dianalisis.

Larutan yang telah dicampurkan kemudian diencerkan dengan akuades. Penambahan fenol bertujuan untuk mengomplekskan larutan standar amonia dalam sampel yang akan teroksidasi oleh ion hipoklorida menjadi amonia klorida yang terdeprotonasi menghasilkan senyawa intermediet. Senyawa ini akan bereaksi kembali dengan fenol yang berlebih dalam larutan membentuk warna biru muda yang disebut senyawa indofenol-blue. Tahapan reaksinya sebagai berikut:

2ClO- + 4H+ + 4H2O + 4e- 2Cl- + 6H2O
NH3- + OCl- NH2Cl + OH-

Langkah selanjutnya larutan indofenol-blue kemudian diukur absorbansinya untuk mengetahui panjang gelombang maksimum. Besarnya absorbansi diukur pada panjang gelombang 550-600 nm dengan interval 10 nm. Larutan yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet untuk diukur absorbansinya. Setiap pengukuran absorbansi haru ada larutan blanko bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika tanpa analit. Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum diperoleh nilai absorbansi tertinggi sebesar 0,302 pada panjang gelombang 570 nm. Jika dibandingkan dengan teori, kompleks indofenol-blue menyebabkan larutan berwarna biru, warna ini merupakan warna yang diamati namun warna yang diserap merupakan warna komplementernya. Warna biru mempunyai warna komplementer orange dengan panjang gelombang sekitar 630 nm. Panjang gelombang maksimum hasil percobaan tidak sesuai dengan teori karena pembentukan warna biru yang kurang maksimal dari larutan indofenol biru tersebut.

Langkah keempat adalah pembuatan kurva kalibrasi digunakan larutan standar dengan volume yang bervariasi dengan konsentrasi 200 mmol/L sehingga setelah diencerkan dengan air konsentrasi larutan amonia sebesar 0, 4, 8, 16, 24, 32, 40 mmol/L dan diperoleh nilai absorbansi berturut-turut sebesar 0,028; 0,053; 0,124; 0,233; 0,413; 0,553; dan 0,718. Berdasarkan data absorbansi yang dihasilkan dapat dibuat grafik antara konsentrasi dan absorbansi dengan nilai y=0,0177x-0,0099 dan R2=0,9913. Nilai R2 menunjukkan bahwa absorbansi dan konsentrasi memiliki korelasi yang linier.

Langkah kelima adalah penentuan kandungan amonia dalam air sungai. Sampel air sungai direaksikan dengan fenol, natrium nitroprusside, larutan oksidator, dan akuades. Nilai absorbansi yang didapatkan untuk larutan sampel sebesar 0,202 dengan kadar amonia dalam air sungai sebesar 203,49 mg/L. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomer P. 68/Menlhk-Setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik untuk amonia kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 10 mg/L. kadar amonia dalam sampel yang diuji pada percobaan ini sangat tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa air sungai tidak layak untuk dikonsumsi karena telah tercemar amonia.

G. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa panjang gelombang maksimum indofenol adalah 570 nm dengan nilai absorbansi 0,302. Konsentrasi amonia dalam air sungai sebesar 11,97 mmol/L dengan kadar amonia sebesar 203,49 mg/L. Sehingga air pada sampel tersebut tidak layak untuk digunakan karena melebihi batas maksimum yang telah ditentukan oleh pemerintah.

H. Daftar Pustaka

  • Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
  • Cazes, J. 2005. Ewings’s Analytical Instrumentation Handbook Third Edition. New York: Marcel Dekker, Inc.
  • Cotton, F. A. dan Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.
  • Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
  • Gandjar, L. G. dan Rohman, A. 2012. Analisis Obat Secara Spektroskopi dan Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Kolberg, B. 1989. Flow Injection Analys. Amsterdam: Elsevier Scince.
  • Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
  • Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. 2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomer P.68/Menlhk-Setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
  • Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press.
  • Murti, R. S. dan Maria, H. P. 2014. Optimasi Waktu Reaksi Pembentukan Kompleks Indofenol Biru Stabil Pada Uji N-Amonia Air Limbah Industri Penyamakan Kulit dengan Metode Fendi. Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Vol. 30 No. 1 Juni 2014.
  • Robert, L. 2008. Modern Methods of Chemical Analysis. New York: Johnwiley and Sons.
  • Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Skoog, D. A. 1971. Princeples of Instrumental Analysis. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
  • Petrucci, R. N. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Serapan Modern. Jakarta: Erlangga.
  • Svehla. 1990. Analisis Organik Kualitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman.
  • Wonohardjo, S. 2012. Metode-metode Pemisahan Kimia. Jakarta: Akademia Permata.

Posting Komentar untuk "Laporan Praktikum Penentuan Amonia dalam Air"